Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana untuk mendorong penggunaan domain web .di (dot id) bagi pelaku internet di Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara telah mengonfirmasi hal tersebut.
Menurut Rudiantara, ada beberapa benefit atau keuntungan yang bisa didapatkan jika domain web .id semakin banyak dipakai.
Seperti yang dikutip dari KompasTekno, beliau menyampaikan bahwa banyak menfaat menggunakan domain .id, yang salah satu nya adalah dari sisi kecepatan. Ditambahkannya, secara teoritis jika menggunakan domain .id dan hosting server dari dalam negeri, maka akses situs akan lebih cepat. Selain itu adalah ada penghematan dari bandwidth internasional.
Menurut Rudiantara, bandwidth internasional memang masih akan dipakai saat seseorang dari luar akan mengakses situs-situs di dalam negeri, namun menurutnya mayoritas transaksi tetap akan terjadi di dalam negeri.
Sebelumnya, wacana pengadaan satu juta domain web .id itu dilontarkan Rudiantara pada Senin (6/4/2015) di kantor Kemenkominfo. Rudiantara mengatakan siap menggelontorkan dana Rp 50 miliar untuk mewujudkan program tersebut.
“Kita rekomendasikan untuk pakai .id, kalau 2016 nanti kita berikan sejuta domain .id, dananya Rp 50 miliar, coba hitung berapa saving bandwidth-nya kalau yang menggunakan .com pindah ke sini,” ujar Rudiantara.
Benarkah Hemat Bandwidth?
Penghematan bandwidth yang dimaksud teorinya akan terjadi saat resolving DNS, yaitu ketika sistem melakukan “pencarian” lokasi sesungguhnya dari situs tersebut (menerjemahkan dari alamat www.kompas.com ke alamat IP tertentu, misalnya). Jika diakses dari dalam negeri, resolving DNS untuk alamat .id seharusnya sepenuhnya di Indonesia.
Namun, apakah resolving DNS untuk .com dan domain berakhiran lainnya harus dilakukan ke luar negeri? Jawabannya tidak sesederhana itu. Terkadang, “pencarian” DNS itu bisa dilakukan pada local cache saja. Tergantung situasi dan kondisi.
Penghematan yang lebih besar boleh diduga akan terjadi pada saat kontennya juga di-hosting di Indonesia. Nah, dengan makin maraknya teknologi berbasis cloud — termasuk untuk layanan content delivery network — lokasi konten juga kadang menjadi tidak pasti.
Bisa jadi, konten yang diinginkan ada di lokasi penyedia cloud computing yang ada di luar negeri. Atau, bisa saja penyedia layanan komputasi awan itu sudah memiliki server lokal, demi mengejar kecepatan misalnya.
Dikutip dari Kompas Tekno